Rabu, Februari 18, 2009

REHAT

KEBUTUHAN WAKTU TIDUR KITA

Benarkah kita butuh waktu 8 jam sehari semalam untuk tidur agar sehat? Apakah semua orang selalu membutuhkan tidur siang?
Beberapa hari lalu pernah ditayangkan berita tentang UPAYA Penggalakan Tidur Siang di Norwegia (atau Finlandia? Duuh jauh banget bedanya, nama negara!). Ada sebuah -Sebut saja- Cafe Rehat yang menggalakkan tradisi tidur siang. Menurut pengelola tempat tersebut, budaya orang setempat yang menyukai kerja keras membuat mereka merasa tak perlu istirahat tidur siang. Sedangakan diyakini oleh beberapa orang, bawa tidur siang dibutuhkan oleh setiap orang. Maka timbullah ide untuk membuat usaha nirlaba ini, yang dananya didapat dari donor. Para pemakai jasa/ sarana di tempat ini tak dikenai biaya. Hanya disediakan cafe kecil jika ada yang memerlukan minuman ringan.
Memang ada beberapa pendapat tentang kebutuhan tidur ini.
Pendapat I:
Kebutuhan tidur manusia rata-rata adalah 8 jam. Jika tidur kita kurang dari itu, maka tubuh akan terganggu.
Pendapat II:
Kebutuhan tidur kita relatif tidak sama, namun 8 jam adalah waktu terlama
Pendapat III:
Kebutuhan tidur BUKAN pada lamanya jam tidur, tapi pada KUALITAS tidur. Walau tidur 8 jam sebenarnya ada beberapa tahap keLELAPan tidur, yang menentukan besar-kecilnya kualitas tidur seseorang. Bisa jadi tidur beberapa menit memiliki efektifitas yang sama dengan beberapa jam.
Dengan semangat pemanfaatan efisiensi waktu, tentu saya pribadi milih yang terakhir. Karena telah sering pula saya rasakan tidur beberapa menit, bangun-bangun serasa PLONG... Atau sebaliknya, berjam-jam tidur tidak membuat pulih tenaga. Malah jadi tambah loyo. Dan SIALNYA tidur semacam ini sering saya alami di siang hari. Tidur siang. Walau ada juga saya rasakan di malam hari setelah aktifitas relatif berat di siang hingga malam harinya.
Jadi terus terang saya mengernyitkan kening juga ketika melihat tayangn penggalakan tidur siang ini. Di saat pikiran saya dicekoki kecurigaan TIDUR SIANG ADALAH ALAT KONTRA PRODUKTIF HASIL DIDIKAN JAMAN BELANDA, ehh... ada juga beberapa orang sedang menggalakkan tidur siang di Eropa sono.
Seringkali saya bersungut-sungut melihat orang tidur siang, lalu saya bilang, "Tidur siang hanya untuk para Priyayi, bukan untuk kita..."
Atau MIND-SET saya yang meyakini bahwa tidur siang bagi manusia dewasa menandakan tubuhnya tidak bugar.
Ditambah dengan kenyataan yang terjadi di sekitar, bahwa anak-anak yang cenderung aktif tak memerlukan tidur siang. Saya sempat pernah menyesal ketika anak pertama saya yang waktu itu berumur 2-3 tahunan setiap hari selalu saya uber-uber untuk tidur siang. Dia selelu nangis sebelum tidur dan tertidur selang kemudian karena capek nangis. Maafkan Ummi ya San...
Kini saya tak pernah memaksa anak-anak untuk tidur siang. Karena saya ingin biarkan mereka mengikuti JAM BIOLOGIS mereka yang alami, tanpa paksaan dan saya yakin bahwa tubuh punya cara kerja sendiri yang musti diikuti.
Jadi, menurut saya, tidur tak selalu membutuhkan waktu segitu lamanya tiap harinya. Karena dalam setahun berarti kita habiskan waktu paling tidak nyaris 3000jam waktu untuk tidur. Wahh...belum "kriyip-kriyip" nya dan lemes nya. Cara Rehat menentukan kualitas tidur. Dan saya memilih kualitas, bukan kuantitas.

2 komentar:

  1. beberapa tahun lalu saya juga pernah membaca mengenai "sehatnya" tidur siang menurut penelitian di australia.. tapi apakah ini benar? penelitian di suatu negara apalagi hanya sedikit sample belum menjadi jaminan..

    saya setuju gdgn pernyataan bahwa yg nilai adalah kualitas tidur, bukan lamanya.. meskipun faktanya tidur sebentar membuat saya lemas :D terlalu lama juga lemas :D

    namun jika membaca kehidupan para ulama, mereka tidur hanya 2-3 jam sehari :-O tentu sisanya diisi dng hal bermanfaat, terkhusus ibadah :)

    salam kenal juga :)

    BalasHapus
  2. coba cari-cari info tentang RAPIID EYE MOVEMENT

    BalasHapus