Jumat, April 03, 2009

I Want My Real Life Back

Lebih sebulan tidak ada posting di Blog ku ini. Tentu banyak alasan yang bisa kuusung, mulai dari server yang belet, lelet, kompie yang rusak partisi --sampai hari ini masih nangkring sempurna di tukang servis...!--, hingga ide yang belu-belum sudah terjerumus ke "Recycle Bin" sebelum terolah di dapur keyboard, dan beragam ide permakluman yang amat mudah menjadi kambing hitam. Semua bermuara kepada sebuah kenyataan bahwa Blog ini tak ter up-date sekian waktu. Bisa jadi ku masih kurang pintar membagi waktu, atau kurang bisa menahan atas godaan kepada ketersambungan, keteraturan, kedisiplinan sehingga intinya yaa...belum mampu mengolah ketersediaan waktu ini dengan plot-plot yang jelas dan mengarah; terstruktur.
Lihatlah kini (kini aku sedang merefleksi) kiranya ada masa di mana kerutinan menjadi hal yang menakutkanku.
Kiranya keteraturan menjadi hal yang selalu ingin kuhindari. Kiranya energiku tak cukup kuatur untuk berjalan mengikuti ritme alam ini.
Bisa jadi demikian.
Namun mungkin juga ini hanya sedikit masa jeda untuk ku merasakan dan menemukan rima jantung bersama tubuh ini berjalan seiring.
Tidak ada niatan untuk berhentu menulis di sini, walau jeda waktu membuatku musti berpikir ulang dan membangun kembali apa yang dicari.
Ada saatnya hati mengajak untuk berhenti.
Dan menanti saat indah untuk berbagi tanpa berhenti...dan berpaling kepada kehidupan yang kuhadapi di depan mata ini sehari-hari.
Sebenarnya kadang kita tak perlu juga untuk membuat dikotomi : dunia maya vs dunia nyata.
Karena kadang dunia nyata hanyalah seperangkat persepsi maya cara pandang kita semata.
Wallahu a'lam.
But I mean it honey, I want my real life back... someday, somehow, sometime.

Sabtu, Februari 21, 2009

Mencari Mursyid


Sahabat, banyak orang yang mengaku mursyid, merasa mursyid, atau dianggap mursyid. Tapi yang teramat sulit adalah mencari mursyid yang sesungguhnya, yang tugas kelahirannya memang sebagai seorang mursyid, seorang yang memang bermisi hidup sebagai mursyid dan telah dibekali Allah dengan Ruh Al-Quds sebagai legitimasi ilahiyah atas tugasnya. Kita harus setiap saat memohon untuk diantarkannya ke ’seorang pemimpin yang dapat memberi petunjuk/wali mursyid’, sebagaimana QS 18: 17 menyebutkan,

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang disesatkanNya, maka kamu tak akan mendapatkan ‘Waliyyan Mursyida’ (seorang pemimpin yang dapat memberi petunjuk).”

Kita harus setiap saat memohon untuk ditunjuki-Nya kepada seorang ‘Waliyyan Mursyida’ ini.

Namun demikian, banyak orang yang ingin bertemu mereka, tapi setelah bertemu mereka justru berbondong-bondong berlari meninggalkannya. Kenapa? Karena bersama seorang mursyid memang tidak mudah. Dia akan memotong semua jalur-jalur perbudakan syahwat dan hawa nafsu pada diri kita. Dia akan mengajari dan memaksa kita untuk berani mengenal, mempelajari dan menguasai semua jenis hawa nasfu dan syahwat yang ada dalam diri kita sendiri. Dia akan memaksa kita untuk murni bergantung pada Allah, bahkan bukan bergantung pada dirinya sebagai mursyid. Itu adalah tugasnya.

Karena dengan terkuasainya seluruh balatentara syahwat dan hawa nafsu kita, maka kalbu kita akan semakin bening, dan kita pun pada akhirnya akan mampu mendapatkan petunjuk dari qalb kita sendiri.

Memang dia akan menolong kita jika ‘terjepit’ dalam kehidupan, menjelaskan persoalan dengan gamblang, tapi bukan berarti memanjakan terus menerus. Dia tidak akan mendidik kita untuk menjadi orang yang tidak mau menghadapi persoalan, sedikit-sedikit menangis minta tolong pada mursyidnya. Dia akan memaksa kita untuk berani menghadapi persoalan, karena dengan demikian kita akan mengenal segala kekurangan diri yang perlu diperbaiki, mengenal dan menyempurnakan kelebihan diri yang ada, menghadapi semua hawa nafsu dan syahwat (misalnya: rasa takut, cemas, inferior, bangga, sombong, iri, minder, tidak percaya diri, dan sebagainya) demi untuk mengenal segala aspek dalam diri kita sendiri (’arafa nafsahu), supaya kelak kita bisa mengenal Rabb kita (’arafa rabbahu).

Maka dari itu, bermursyid bukan seperti datang ke pengajian sekali seminggu. Menghilangkan kepenatan dan kemumetan, mencari kesejukan sesaat, buka dan sekedar menghafal Al-Qur’an, setelah lega kembali ke kehidupan masing-masing. Bukan pula untuk berorganisasi, berharap dapat mengembangkan potensi diri demi karir di sana. Juga bukan seperti dukun, minta doa supaya sukses, minta amalan, dan semacam itulah. Bukan juga datang ke sana untuk bersosialisasi, mencari kelompok maupun kegiatan saja.

Bermursyid itu, bukan pula seperti ke pasar. Ingin membeli pencerahan, ingin membeli keajaiban, ingin membeli maqom ataupun pencapaian spiritual. Tapi begitu malam tiba, semua pembeli pergi ke rumah masing-masing dan kembali kepada kenyamanan tempat tidurnya di rumah, lupa pada perjuangan penyucian diri.

Demikian pula, jangan bermursyid pada orang yang mengangkat kita sebagai murid karena kita memiliki ‘potensi’ manfaat untuk dirinya, bisnisnya, partai politiknya, maupun organisasinya. Ini guru yang ‘berbisnis’, karena orang seperti ini, jika ia ingin susu maka ia akan mencari sapi untuk dipelihara.

Hubungan dengan mursyid itu tidak mudah, karena konsekuensinya adalah, setiap saat dimanapun kita berada, kita dituntut untuk bertaubat dan memperbaiki diri, sesuai Q.S. 5:39, bahwa Allah hanya menerima taubat dari orang-orang yang taubatnya dilanjutkan dengan memperbaiki dirinya.

“Dan barangsiapa bertaubat setelah melakukan kejahatan (menzalimi dirinya) dan kemudian memperbaiki dirinya, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (Q.S. [5] : 39)

Sekali lagi, inilah rambu utama dari Al-Qur’an yang harus kita ikuti:

“Dan ikutilah orang-orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah ‘muhtaduun’ (orang yang tetap diatas petunjuk)” Q.S. 36:21.

—Dicuplik dari: Tulisan lama, Januari 2004, Herry Mardian di http://suluk.blogsome.com/

Rabu, Februari 18, 2009

BERGULAT DAN BERCENGKERAMA

Semua pekat, aku bersama Si Pekat
Menghitam, aku menjadi hitam.
Ku tanya, "Apa yang kau harap dariku,
yang nyata-nyata begitu lemah tanpamu?"
Katanya karena ku akan menjadi kuat
bergulat berlatih bersamanya.
Dia bilang, dialah pelatihku
bisa jadi sparring partner dengannya
adalah kehormatan manusiawi

Wahai Iblis
terimakasih kau ajari aku keikhlasan
untuk melatihku menjadi kuat
Mohon maaf, kini saatnya bagiku
bertarung di pertarungan sebenarnya
tanpa mengajakmu
karena kuingin sendiri

Wareng, 19 Feb 09, 0.31

PULANG

Untuk Tuanku Dear Hunny

Hunny kuingin pulang
ke tempat yang bisa menerimaku dengan lapang
ke pelukanNya yang dekapku penuh sayang

Tuanku, kuingin kau lepas ku terbang
bersama angin dan mimpi ku bawa melayang
agar hidupku menjadi panjang

Sepanjang bayang sinar rembulan
di siang hari

Dear, kuingin kau gandeng tanganku
mengecup rindu di pusara biru
agar kau tahu
bahwa kita tak bisu

Sukma kami berkait
pada KESENDIRIAN yang kutuju

Lepaskan ikatan melilit sakit
tertelan semua pil pahit
lantas kurasa manisnya
DIRIMU Kekasih
saat semua pergi
dan hanya kita menyendiri
kala itu kutemukan KEDIRIANMU,
KEDIRIAN Kita yang telah "menjadi".

Tuhan, sumpah mati kuingin bersamaMu
Antar dan bimbinglah daku,
Kumohon,
Kini,
Ya...kini,
Kumohon,
Jangan berhenti...

Wareng, 19 Feb 09, 0.24

REHAT

KEBUTUHAN WAKTU TIDUR KITA

Benarkah kita butuh waktu 8 jam sehari semalam untuk tidur agar sehat? Apakah semua orang selalu membutuhkan tidur siang?
Beberapa hari lalu pernah ditayangkan berita tentang UPAYA Penggalakan Tidur Siang di Norwegia (atau Finlandia? Duuh jauh banget bedanya, nama negara!). Ada sebuah -Sebut saja- Cafe Rehat yang menggalakkan tradisi tidur siang. Menurut pengelola tempat tersebut, budaya orang setempat yang menyukai kerja keras membuat mereka merasa tak perlu istirahat tidur siang. Sedangakan diyakini oleh beberapa orang, bawa tidur siang dibutuhkan oleh setiap orang. Maka timbullah ide untuk membuat usaha nirlaba ini, yang dananya didapat dari donor. Para pemakai jasa/ sarana di tempat ini tak dikenai biaya. Hanya disediakan cafe kecil jika ada yang memerlukan minuman ringan.
Memang ada beberapa pendapat tentang kebutuhan tidur ini.
Pendapat I:
Kebutuhan tidur manusia rata-rata adalah 8 jam. Jika tidur kita kurang dari itu, maka tubuh akan terganggu.
Pendapat II:
Kebutuhan tidur kita relatif tidak sama, namun 8 jam adalah waktu terlama
Pendapat III:
Kebutuhan tidur BUKAN pada lamanya jam tidur, tapi pada KUALITAS tidur. Walau tidur 8 jam sebenarnya ada beberapa tahap keLELAPan tidur, yang menentukan besar-kecilnya kualitas tidur seseorang. Bisa jadi tidur beberapa menit memiliki efektifitas yang sama dengan beberapa jam.
Dengan semangat pemanfaatan efisiensi waktu, tentu saya pribadi milih yang terakhir. Karena telah sering pula saya rasakan tidur beberapa menit, bangun-bangun serasa PLONG... Atau sebaliknya, berjam-jam tidur tidak membuat pulih tenaga. Malah jadi tambah loyo. Dan SIALNYA tidur semacam ini sering saya alami di siang hari. Tidur siang. Walau ada juga saya rasakan di malam hari setelah aktifitas relatif berat di siang hingga malam harinya.
Jadi terus terang saya mengernyitkan kening juga ketika melihat tayangn penggalakan tidur siang ini. Di saat pikiran saya dicekoki kecurigaan TIDUR SIANG ADALAH ALAT KONTRA PRODUKTIF HASIL DIDIKAN JAMAN BELANDA, ehh... ada juga beberapa orang sedang menggalakkan tidur siang di Eropa sono.
Seringkali saya bersungut-sungut melihat orang tidur siang, lalu saya bilang, "Tidur siang hanya untuk para Priyayi, bukan untuk kita..."
Atau MIND-SET saya yang meyakini bahwa tidur siang bagi manusia dewasa menandakan tubuhnya tidak bugar.
Ditambah dengan kenyataan yang terjadi di sekitar, bahwa anak-anak yang cenderung aktif tak memerlukan tidur siang. Saya sempat pernah menyesal ketika anak pertama saya yang waktu itu berumur 2-3 tahunan setiap hari selalu saya uber-uber untuk tidur siang. Dia selelu nangis sebelum tidur dan tertidur selang kemudian karena capek nangis. Maafkan Ummi ya San...
Kini saya tak pernah memaksa anak-anak untuk tidur siang. Karena saya ingin biarkan mereka mengikuti JAM BIOLOGIS mereka yang alami, tanpa paksaan dan saya yakin bahwa tubuh punya cara kerja sendiri yang musti diikuti.
Jadi, menurut saya, tidur tak selalu membutuhkan waktu segitu lamanya tiap harinya. Karena dalam setahun berarti kita habiskan waktu paling tidak nyaris 3000jam waktu untuk tidur. Wahh...belum "kriyip-kriyip" nya dan lemes nya. Cara Rehat menentukan kualitas tidur. Dan saya memilih kualitas, bukan kuantitas.

Sabtu, Februari 07, 2009

Peri Kecilku

Aliya Zarranggie



Aliya (bhs. Arab), artinya "luhur/ tinggi"; Zarranggie (bhs. Parsi) bermakna cerdik/ cerdas. Demikianlah pengharapan kami padamu, Peri Kecilku. Kau diharapkan akan menemukan keluhuran ilmu, cerdas.
Lahir di Yogya,kini 7 tahun. Punya hobi seni peran. Di sekolah (kini SD kelas 1) sering diolok-olok teman karena gemar ber-monolog. Padahal di lingkungan keluarga ini, Aliya adalah pemain Monolog Kelas 2, kalah tanding dengan Abahnya (yang sering bermonolog bukan hanya di rumah tapi bahkan di jalan sambil berkendara).
Ketertarikannya dalam berakting juga terlihat waktu berpose di depan kamera. Menurutku dia fotogenic. Semua gayanya luwes, alami: tidak ada pengarahan, karena uminya tak pandai mengarahkan. Akhirnya, inilah beberapa hasil jepretan foto seadanya sekitar 2 tahun lalu, berdiri di atas meja, latar dinding penuh coretan pertanda kemerdekaan berekspresi (atau sloordeg?). Tetapi, apapun itu hasilnya, menurutku dialah Peri Cantik Kebanggaanku.




Namun demikian, namanya juga anak-anak, rasa ingin tahu yang besar ditambah semangat pemberani telah menjadikannya wanita pesohor di kalangan keluarga sebagai pemakan --- maaf --- upilnya sendiri. Ya, betul. Upil, kotoran hidung.
Tetapi eksplorasinya ini tak berlangsung lama. Hanya bertahan beberapa bulan. Akhirnya kegemarannya makan benda asin(g) itu berhenti ketika rasa (upil) tak banyak berubah, tetap asin.



Aliya Peri Kecilku, tetaplah mencari. Tak apa nak, upil sempat menjadi arena pencarianmu. Di saat lain, kau akan banyak lagi mencari. Maka kau pun akan banyak belajar dari perolehanmu itu. Karena kami yakin, mencari ilmu berbatas langit...

Pesan Pendek 1

(tanpa judul)
Hunny, aku barusan belajar dari kekhawatiran dan fakta kaum pesimistik,
bahwa manusia macam kita takkan mendapat bagian nyata mimpi-mimpi
lalu ku pindahkan saluran berita, kepada jalur khusus pencari dusta
katanya semua mimpi pasti akan terjadi karena niscaya

Wareng, 3 Okt 2008, dinihari

Senin, Februari 02, 2009

Penerimaan : RASA KEPULANGAN

“Soul Sisters”: Sahabat Sejiwa



Persahabatan; penerimaan tanpa syarat. Itulah intinya. Jika kita merasa nyaman menjadi apapun dan siapapun bersamanya, kita nyaman dan aman pula untuk berbagi, sangat mungkin dialah “Soul Sister” kita. Walau istilahnya “sisters” tapi tak berhubungan dengan jenis kelamin. Itulah yang disebut dengan “rasa kepulangan”. Pulang, dalam artian menemukan ruang yang sangat luas dan nyaman. Kita berbahagia di situ, tak harus berpura-pura, jujur dan setara, tak ada penghakiman, tidak ada expektasi, tak ada kemelekatan (tak saling mengikat-red). Dalam persahabatan, apalagi kalau merasa menemukan saudara sejiwa, tak ada lagi urusan usia, jender, kelas sosial, golongan, etnis, agama, dan segala macam sekat. Tak ada kepentingan sesaat kecuali kesalingan yang mendalam dan teruji atas dasar nilai-nilai abadi dan unsur-unsur persahabatan. Sekat telah teretas karenanya.

Yang membedakan “soul sisters” dari jenis hubungan lain adalah keikhlasan tanpa batas dan kesalingan merasakan yang kuat untuk membangun toleransi yang lebih tulus dan dalam. Tentu semuanya diuji oleh waktu. Di dalam hubungan itu semua unsur sudah tercakup. Respek, integritas, kesediaan menerima tanpa syarat, kesetaraan yang di dalamnya tercakup kepercayaan dan nilai abadi dari hubungan yang mencerahkan. “Soul Sisters adalah dua pribadi yang saling melengkapi dan mengisi kekurangan. Jadi karakternya bisa samasekali beda (atau bisa sama). Bisa saja suatu saat mereka bersitegang dan saling mengoreksi, tetapi kesetiaan untuk saling menemani dalam suka dan duka telah terpatri dalam jiwa. Alangkah indahnya…

Adakah kita telah menemukan “Soul Sister” kita? Semoga akan/ telah kita temukan. Karena “Soul Sister” akan membuat kita makin menjadi “Gue Bangeet…”. Tak ada hidup yang lebih nyaman daripada menemukan diri yang utuh. Kosmik. Setara dengan alam raya.


(Disarikan dari “Kompas” Minggu 1 Februari 2009, hal.27)

Wareng, 2 Feb 2009, 00.20

Senin, Januari 26, 2009

Eksotika Pantai NGOBARAN

In Memoriam : Bambang my “Bemby”


Outbond di Ngobaran
Bem, tiap kukunjungi Ngobaran, pasti aku teringat Acara Outbond keluarga besar kita, Pasca Lebaran, 25 Nop 2008 kemarin. Outbond yang membuat semua peserta termasuk diriku dan anak-anakku amat sangat happy. Semua merasa terkesan dan menyukai acara itu termasuk dirimu. Walau diam-diam kau ternyata menahan rasa sakitmu. Sepanjang perjalanan menuju lokasi, hingga perjalanan pulang setelah kita menginap berkemah di tepian pantai yang indah itu, kau banyak terdiam, tidak seperti biasanya, centil. Tak ada yang menyangka, termasuk engkau, bahwa saat itu penyakit ganas itu diam-diam telah menyerangmu membabi buta selama bertahun-tahun tanpa kau sadari. Kita bermain pasir pantai, saling guyur, kejar-kejaran, makan ikan bakar-goreng, sambal dinamit, sayur lodeh, main game dan menikmati pemandangan di sana sepuasnya dari siang hingga esok paginya.


The Silent Killer
Kanker. Ya, kanker hati stadium tinggi, sudah lanjut. Ternyata penyakit itulah yang mengganggumu. Para dokter sudah tak sanggup atasi. Namun demikian, kita waktu itu sepakat untuk tidak menyerah begitu saja pada kata dokter. Kusampaikan padamu bahwa kita punya persamaan, yaitu “ndableg”: semaunya sendiri, sulit diatur, dan sulit mendengar atau menerima begitu saja kata-kata orang lain.
“Baiklah, kita akui bahwa kita selama ini telah sering membuat orang lain kesal dengan ke-‘ndableg”-an kita. Tapi sekaranglah saatnya kita manfaatkan ke-“ndableg”an itu untuk hal positif. Kita bersama atasi penyakit ini. Kita kuatkan tekad kita untuk tak mau menyerah kata dokter atau siapapun, kecuali mencari upaya penyembuhan dengan segala cara yang kita bisa.” Begitulah caraku memotivasi, menggunakan momentum ini dengan memanfaatkan semua potensi pribadi untuk hal positif.
Kulihat kau menangis. Ya, kita menangis berdua di sepanjang jalan sepulang dari RS setelah mendengar vonis dokter barusan.
Kusampaikan padamu, “mBang, aku tak mau kau menyerah. Kanker hanyalah penyakit. Kita punya hak untuk mempertahankan hidup kita melawan penyakit. Mulai saat ini, kita tekadkan untuk melakukan terapi secara menyeluruh. Setiap yang kau makan atau kau minum adalah terapi. Tiap yang kita lakukan dalam keseharian hidup kita sebenarnya adalah terapi. Bahkan cara berpikir kita juga terapi. Kita harus ubah dan atur semua dari sekarang. Kau yakin, mBang?”
Kurasakan semangat hidupmu tiba-tiba menjadi demikian tinggi setelah kau sempat terpukul beberapa saat lalu. Hari-hari sesudahnya, perut yang menggembung itu pun tak menyurutkan tekadmu untuk menyantap semua makanan, obat dan minuman yang disediakan untukmu. Kau tahan sakitmu tiap memasukkan makanan karena dadamu akan terasa sesak, sulit bernafas. Dan yang kita lakukan kemudian adalah atasi rasa sakit itu dengan terapi bersama. Tidak ada obat dokter. Semua herba. Tidak ada bahan makanan artificial yang boleh masuk ke perutmu. Semua makanan dan minuman harus alami. Dibarengi dengan terapi herba dari temanku, mas Damai, dan Kunir Putih, juga minyak Buah Merah dari pak Amin, VCO, Susu Kedelai, Jus, dan segala macam bahan herba berkhasiat kita coba atur untuk dapat masuk ke perutmu. Teman-temanmu dengan sukarela bergiliran memasakkan makanan, ubi dihaluskan, kentang, bubur. Kurasakan semangat mereka dalam melayanimu. Mereka juga bergiliran menemanimu tidur di malam hari. Semua dilakukan dengan cinta. Seperti yang telah kau lakukan selama ini kepada kami.

Jika datang sakitmu, bukan hanya di siang hari, malam hari pun kuminta kau untuk langsung menghubungiku jika rasa sakit itu menderamu. Sungguh Bem, kuingin ada yang bisa kulakukan di saat-saat itu, masa tersulitmu. Namun jika aku tak kuat menahan perasaanku, maafkan aku jika diam-diam kutinggalkan dirimu beberapa saat untuk kutumpahkan tangisku tidak di depanmu. Lalu setelah tangisku mereda dan hatiku siap, barulah ku sanggup menemuimu lagi.

Bem, aku memang bukan ibumu, bukan saudara sedarah, bukan pula pasangan hidupmu. Aku tak punya hak lebih untuk menahanmu tinggal bersama kami disini. Kita dikumpulkan di sini karena mata pencaharian kita. Tetapi dengan sepenuh hati kubilang padamu bahwa aku mau kau habiskan hari-hari di saat sakitmu ini bersama kami. Kau juga berkata demikian. Kau bilang sebenarnya kau ingin tinggal disini. Namun, ada kenyataan yang musti kita terima, bahwa masih banyak lagi orang yang mencintaimu untuk mendapat kesempatan dan hak lebih besar dalam merawatmu. Itulah keluargamu: Ayah, Simbah, Bu Lik, Ade, dan keluargamu di sana. Kau dijemput keluargamu untuk dirawat di kampung halamanmu, Blora. Walau sepenuh daya dan alasan yang mungkin ku berusaha menahanmu untuk tinggal disini barang beberapa hari lagi, namun dalam hatiku, kuharus menerima dan menyambut baik kedatangan keluargamu. Kukuatkan hatimu bahwa kita hanya berpisah dalam jangkauan jarak. Namun aku berjanji akan selalu kirimkan dari sini apapun yang bisa kuberikan. Dan saat kau pergi tinggalkan kami, semua orang disini menangis seperti menangisimu yang takkan kembali.

Demikianlah akhirnya yang terjadi. Saat kudengar kabar tentang kondisimu yang terburuk beberapa minggu kemudian, aku makin tak kuasa menahan perasaanku. Hanya beberapa jam kau tak sadarkan diri, dan sejurus kemudian kabar kepergianmu seperti bom waktu yang meletus di dada kami. Aku tercenung dan masih sulit untuk mempercayai bahwa kau telah pergi tinggalkan kami, menyusul ibundamu yang meninggal dengan penyakit yang sama. Rasanya terlalu cepat. Sangat mengagetkan. 18 Desember 2008, bersamaan dengan genap 2 tahun meninggalnya Ibuku. Dua orang yang kucintai meninggal pada tanggal yang sama…
Namun aku tahu dan yakin kini, bahwa kau masih berada di antara kami dan mendengar serta melihat semuanya. Karena sosokmu tetap ada disini. Di hatiku. (Bahkan alat mandimu tetap kusimpan hingga kini, masih ada di kamar yang terakhir kali kau tinggali ini…)



Flash Back: Pertemuan Pertama Kita
Masih kuingat saat pertama kali kita bertemu, Juli 2005. Kau datang sebagai salah-satu pelamar, calon Juru Masak. Lalu kami lihat kau demo memasak di depan kami. Aku masih ingat yang kau buat waktu itu Bem, Ayam Bakar Bumbu Rujak dan Sayur Asem. Aku telah jatuh cinta padamu saat pertemuan pertama. Caramu memasak Bem, lain… Kau melakukannya dengan sepenuh hati, dengan cinta. Itu yang tak dimiliki oleh sembarang orang. Itulah yang membuatmu Juara. Lalu kau pun seketika itu pula dinyatakan diterima bekerja disini hingga penyakit itu merenggutmu.
Tahukah kau, kenapa kepergianmu amat mengguncangkanku? Karena cinta. Cinta ini terasa amat tulus, bukan bersama dengan nafsu, Bem. Ini beda rasanya. Seperti Ibu ke anaknya, seperti Kakak ke Adiknya, seperti dua orang yang seakan pernah disatukan di suatu masa dan tempat yang berbeda dari sekarang.

Penampilanmu yang kemayu, dengan fisik lelaki, unik; tak aral memang membuatmu menyedot perhatian kami. Tapi sungguh, cara mereka memperhatikanmu tak sama dengan yang kurasakan. Sikap orang-orang itu kadang membuatku gemas dan ingin berontak, karena sering melecehkanmu. Dan tahukah kau juga, bahwa sehari sebelum kau masuk kerja, kukumpulkan semua karyawan terutama yang laki-laki bahwa akan datang seorang yang berbeda dengan mereka semua. Aku sempat setengah mengancam kepada mereka, kubilang, jika ada siapapun yang mencoba melecehkanmu, maka dia akan langsung berhadapan denganku. – Setelah kupikir-pikir, ku sempat agak heran juga, tiba-tiba aku jadi merasa Heroik membela dan ingin melindungimu, walau aku perempuan. Sedang kau laki-laki. Tetapi senyatanya hal ini kulakukan bukan karena laki-laki atau perempuan, Bem. Aku amat membenci tindakan-tindakan pelecehan, apalagi dilakukan di lingkungan kita. Keadaan dan penampilanmu yang berbeda memang rawan dilecehkan. Namun ku salut padamu karena mentalmu begitu tegar dan terlatih menghadapi pelecahan itu bahkan sejak kau masih kecil.

Laki-Laki vs Perempuan
Menjadi laki-laki yang kemayu bukan hal mudah. Aku tak mau memperdebatkan persoalan ini secara normatif, karena akan panjang dan begitu-begitu saja. Kuingin ada wacana solusi untuk orang-orang yang mengalami nasib sepertimu. Maka ketika kudapat info tentang Waria yang membuat otbiografi, serta-merta kucari bukunya, kubaca dan kuhadiahkan padamu untuk menguatkanmu bahwa kita akan dapat menempuh kehidupan yang lebih baik bukan karena seseorang dilahirkan sebagai lak-laki, sebagai perempuan, atau di tengah tengahnya karena alasan psikologis yang bermacam ragam. Judul bukunya, “ Jangan Lepas Jilbabku”, karangan Suniyya, alumnus Sosiologi UGM Angkatan 2000.
Kau sambut buku itu dengan penuh antusias. Dan saking antusiasnya, esok harinya kau langsung kenakan kerudung. Sontak anak-anak lain kaget dan geli karena perubahan yang mengagetkan dan tiba-tiba itu. Aku pun diingatkan oleh Abah, bahwa apapun resiko yang terjadi dengan tindakanku memberi buku dan mendatangkan inspirasi itu musti ku pertanggung-jawabkan. Kubilang ke Abah, “Sanggup.”
Aku seperti disuruh bertanggung-jawab karena menghamili gadis, Bem. Haha.. Dunia si sekitar kita memang terbalik-balik. Bahkan kalau kita pergi berdua naik motor, aku yang di depan dan kau –yang selalu terlihat lebih feminin dariku—membonceng di belakangku. Anehnya, aku selama itu merasa nyaman-nyaman saja.
Hari-hari setelah kau membaca buku itu, memang kurasakan betul perubahanmu, menjadi makin feminin. Makin kemayu. Tak apa Bem, kau tetap kuterima dengan kondisi apapun. Apalagi jika aku menyaksikan dirimu yang melakukan semua pekerjaan dengan sepenuh hati, dan tak kenal lelah hingga kadang aku musti ingatkanmu untuk istirahat ketika pekerjaan sedang banyak. Namun kau tetap selalu melakukan semua pekerjaan yang sudah kau rencanakan dengan tuntas. Bahkan kadang minta ke mbak Erna yang membuat jadwal, untuk ikut berjualan pula. Kau bilang untuk hiburan ngeceng liat Mas-Mas (Kau memang pesolek. Kau siapkan dirimu untuk digoda Mas-Mas dengan berdandan habis-habisan). Hehe..dasar.




Selamat Jalan, Bem…
Akhirnya Bem, kalau kau lihat foto-foto ini sekarang, ku hanya ingin agar kau tahu bahwa kuharap kubisa tinggalkan jejak di dunia ini dengan memuntahkan sedikit sesak hatiku karena kehilanganmu. Juga karena kebersamaan denganmu. Semoga kau bisa melihatnya, apapun dan bagaimanapun caranya. Sehingga mereka yang membaca tulisanku ini bisa merasakan ikatan kita, menghargaimu dan menyayangi dirimu dan orang orang sepertimu, seperti yang telah kurasakan selama ini terhadapmu.
Bem, beristirahatlah dengan tenang, dalam kedamaian. Karena kini saatnya bagimu untuk ambil cuti panjang. Kami pun tak lama lagi akan menyusulmu, mengambil jatah cuti panjang juga…

Sabtu, Januari 24, 2009

Orang Aneh


Pict : Rahbar, 24-1-07

Salahsatu buku fave ku, Awareness, memuat cerita tentang orang aneh dan orang yang -dianggap- gila. Mereka kukira akhirnya membutuhkan komunitas untuk membantunya menemukan kepercayaan dirinya.
Singkatnya, jangan merasa sedih atau resah jika sekeliling kita mengatakan kita orang aneh bahkan gila. Karena kita bisa mendapatkan solusinya dengan mencari teman senasib sebanyak-banyaknya. Logikanya begini, jika ada 4 orang gila dan 1 orang waras (total ada 5 orang kan?), maka berdasarkan Hukum Alam, yang "nganeh-anehi" adalah orang yang sendirian. Alias yang awalnya merasa dan menganggap dirinya waras tadi, akhirnya menjadi sendirian. Sebaliknya yang 4 orang semula dianggap aneh atau gila menjadi WARAS karena menjadi mayoritas dalam kelompok itu.

Alhasil, jika ada di antara kita yang merasa ANEH, NYLENEH, GILA, ORANG MASYGUL, BELIBET, ORANG YANG SULIT DIATUR, SEMAU GUE, SULIT DIPAHAMI, maka disarankan untuk membentuk komunitas tersendiri, agar komunikasi bisa lancar. Ibarat dunia binatang, manusia bisa jadi terdiri dari beberapa jenis binatang. Perlu beragam bahasa untuk mengenal beragam jenis binatang pula. Perlu beragam cara untuk bicara dengan orang yang beragam.
Dalam ilmu kejiwaan, secara umum kita mengenal pangklasifikasian atau pengkategorian karakter manusia dengan beberapa dasar kengkategorian. Dari beberapa kotak-kotak pengklasifikasian itu pasti ada beberapa kasus yang sulit dikategorikan, uncategorized. Karena detektor terbatas, kurasa. Orang aneh selalu berada di kategori ini. Mereka lebih mengenal kebersamaan dalam keragaman, mengenal kasihsayang justru dalam konflik, mengenali ikatan dalam kebebasan. Mereka punya energi berlimpah namun tidak mudah mengelola dan mencari penyalurannya. Karena kadang harmoni terjadi manakala keberlimpahan diimbangi dengan kekurangan yang mencolok. Pintar logika bahasa tapi lambat dalam matematika. Pintar matematika tapi kesadaran sosialnya lamban dan lugu sehingga empuk ditipu. Pintar matematika, bahasa, sosial, tapi sulit mengendalikan nafsunya.
Nah, dalam situasi seperti ini, orang-orang yang kadang terlihat menyedihkan ini akan sering mengalami kesepian. Lonelyness. Walau dia hidup di antara orang-orang yang menyayanginya sekalipun. Karena pikirannya biasanya tak hadir di tempat. Sering disebut linglung, pelupa. Biasanya untuk hal-hal teknis kecil sehari-hari, namun tak jarang juga dalam hal penting. Bahkan kadang omongannya tak jelas juntrungnya, karena terlalu cepat meloncat-loncat secepat angannya yang mengembara.
Maka mencari teman yang memiliki karakter mirip-mirip adalah cara yang paling aman untuk mengelola kesadarannya, untuk menentramkan jiwanya, menumbuhkan self esteem nya yang sering terguncang oleh pandangan lingkungannya selama ini.
Panjang banget sih prolognya...! Sebenarnya yang ingin kuungkapkan hanya 1 kalimat, "Kalau mau gila, jangan sendirian. Ajaklah teman, agar kegilaanmu mudah diterima."

Jika gila kita hanya nanggung, akan menjadi penyakit menghancurkan diri sendiri: perasaan tak diterima, under estimate, pokoknya semua yang negatif thinking akan menghinggapi orang yang nanggung (Jadi ingat tentang Pemilu, ada yang disebut sebagai "floating mass", orang yang menunggu bagaikan buih, selalu mengekor, menurut perintah dan tak jelas arah tujuan sejatinya)

Akhirnya, kutambah juga dengan 1 slogan standar orang "gila", "Kalau mau waras, waraslah dengan sempurna, kalau mau gila, jangan tanggung-tanggung."
OK Sobat... Salam hangat atas nama kebebasan belajar, kebebasan dari rasa bersalah..

Karena bersalah adalah hal yang SELALU dibutuhkan dalam pembelajaran. Namun rasa bersalah adalah hal lain, yang berpotensi menghambat kemajuan.

Jumat, Januari 23, 2009

Merapi Ndeso


MERAPI YANG NDESO - NDESO LERENG MERAPI

Naahh... ini dia yang namanya Wareng Dab. Tempatnya di lereng. Gambar diambil waktu njeblugnya Merapi dan orang-orang pada ngungsi turun gunung. Tentu kami sekeluarga gak ikut turun karena "turun gunung" artinya "turun ke kali Boyong, yang merupakan hulu sungai Code yang terkenal karena ada kuning-kuningnya. ---maksud loe 'ta? bikin ga enak makan bayangkan "pisang goreng"---
Nama Wareng tuh aseli van Sleman. Tanpa rekayasa, terdengar agak garang karena sanggup ingatkan kita pada kata-kata sejenis yang berbau KEKERASAN : WARok, doRENG, hama WaRENG sangit, WAReNG remang-remang, and so on... and so on.
Lha piye, adakah ada yang minat nangkring di atas tanah sekitar sini? Biar kalau malam dingin ditemani kodok ngorek, siang ditemani sawah dan angin semilir...
Back 2 the nature. Back 2 the village. 2 become villagers. Viva villagers!! We love your scent, burning by the sunshine, makes the children cry and strongless. Pingsan ambune sempurna.

Selasa, Januari 20, 2009

PALESTINE, I’M COMING

Mana yang kau sebut pembela,
jika tiada bantuan mereka walau sekedar seruan tanpa makna?
Tapi lihatlah saudarku,
mereka berkata, “Kami lah yang ditunjuk Tuhan menjadi wakilmu”

Baru saja tetes darah merambah, meresap ke tanah kering pecah
airmata berdesakan di tiap nafasmu
nikmati hamparan pilu papa berbalur nestapa

Tetapi, lihat diriku kini
terkapar di balutan beban ketakberdayaan
tak kuasa berbuat
selain meminta bantuan
agar ada yang membantumu

Ironi kuterima…

Seluruh cinta kupersembahkan untuk para Pembela-Mu
Seluruh jiwa kuadukan kepada keadilan

Apakah kau pun tetap berpikir, bahwa menjadi (bukan) Penguasa itu menenangkan?
(Palestine, I’m coming… even only my soul)

Wareng, 14 Jan 2009, 07:02

Cemburu

CEMBURU

Sobat, aku cemburu kepada pelacur, karena diberi surga
kini kumohon, antar aku menjadi pelacur
agar mendapat surga, hanya dengan seteguk air untuk anjing.

Sobat, aku cemburu kepada bajingan, karena diberi surga
kini kumohon, antar aku menjadi bajingan
agar mendapat surga, hanya dengan berjalan menuju rumah Tuhan.

Tetapi demi apapun juga aku tak cemburu kepada ahli ibadah
yang tak lembut pada keluarganya, tak sayangi tetangganya, tak layani dhuafa
dia sibuk dengan shalat malam dan puasanya
dan menghitungnya sebagai persembahan untuk Tuhannya…

Wareng, 12 Jan 2009, 11:22

Moksa

MOKSA

tahukah kau sobat, Monyet Pantat Merah sampaikan salamnya kepada kita,
cinta hanya bersatu dalam moksa
cinta di dunia katanya terasa semu dan menipu
karena dalam cinta kami masih tersimpan nafsu
membabu untuk hasrat diri
bersama…

sedang kau bilang cinta memberi, perih juga dipersembahkan
kita telah terkhianati penipuan berkedok keadilan
benak kita simpan rumus sederhana
bahwa kita selalu percayai indera
yang disfungsi begitu saja di lubang kubur
dan ditinggalkan kerabat kita
dan ditinggalkan… dan ditinggalkan.

Sementara, Tuhan sedang menyambut
tapi kita tak tahu
bahwa Tuhan sedang menyambut
takut dan sepi menghasut

kala itu Tuhan sedang menyambut…

Wareng, 12 Jan 2009, 11:09

Pembebasan Airmata

SAAT PEMBEBASAN AIRMATA

Kubiarkan airmata mencari celah untuk bernafas
mencari kebebasannya
Takkan mungkin kubiarkan mereka hidup di alam keabadian mimpi sepinya

Ku amat peduli seberapa dan betapa merananya hati ini
melihat mereka yang tengah tertawa merayakan hari-harinya

Namun ku cukupkan diri menyimpan janji-Mu,
bahwa hanya (dan hanya) Kau lah yang akan membasuh airmata ini

Kubiarkan airmata mencari celah untuk bernafas
mencari keabadiannya

Bukan di dalam hatiku yang kini tengah dikungkungi bara
bukan pula di pelukmu yang hanya sesaat kurasakan hangatnya

Namun ku cukup menyimpan penantian, bahwa akulah kesayangan-Mu
yang hilang mencari-Mu di tiap celah rindu

Teruslah mencari celah untuk keluar, airmata
karena ku tak tahu jalan mana yang mungkinkan bagimu menemukan kebebasan
kecuali kau temukan di sudut-sudut hati bersama mimpi yang hancur

Lalu kuajak airmata menyentuhi sukacita
Ternyata mereka tak temukan bahagianya

Baiklah, mumpung hari masih pagi, kuantar kau menuju keabadianmu
bersama mimpiku yang madzlum

D’Failed Sensi Afternoon “Twilight”, 15 Jan 09, 12.00

Aku Belajar (Untuk Cerdas)

AKU BELAJAR
(untuk cerdas)

Tuhan, aku tengah belajar tentang kekecewaan,
--- yang membuatku menata harapan

Aku belajar tentang duka dan kepedihan,
--- yang membuatku hancurkan kesombongan

Ku pun belajar tentang pengkhianatan,
--- yang membuatku memilah kepercayaan

Belajar tentang kemaksiatan,
--- yang membuat nuraniku bisa merasakan hati terkikis dan perih

Belajar pula tentang kebodohan,
--- yang mampu membuatku jatuh tersungkur dan bangkit

Aku belajar tentang kenakalan,
--- yang membuatku tertempa terpaan pukulan

Belajar kepada kekesalan,
--- yang membuat ketahanan hatiku terkuatkan

Belajar tentang cara belajar, waktuku tak makin kusia-siakan

Tuhan, pelajaranku tentang hal buruk ternyata juga mendatangkan rasa syukur
bahwa Kau masih mengasihiku…, dan menungguku untuk datang dan menghiba pada-Mu
mengharap kasih-Mu
mengharap pertolongan-Mu
permaafan-Mu

Lalu Kau basuh nistaku dengan air lembayung
kubawa badan bersimbah rana dan kuyup, menuju kehidupan

Kuajak mimpi bertabur kesucian
atas semua nista
Karena ku masih berharap
bahwa hidup sekedar sandiwara

yang kupelajari alurnya,
kuikuti mataharinya,
kunikmati kehancurannya...
untuk berserah menuju akhir cerita
yang masih tersimpan di alam sana

menungguku dengan segenap cinta dan senyum
laksana menyambut anak kesayangan

Pulang…

Wareng, 9 Januari 2009, 01.12

Jumat, Januari 16, 2009

Dorman 3

Dorman 3

Lonelyness, why you come to me accidently?

Where do my bestfriends?

Why don’t they come here when I need them?

Oh my lovely lonelyness, will you be my soulmate? ---)

Medio Nop 2008

MY REBORN’s BIRTHDAY

MY REBORN’s BIRTHDAY

Aku yang kini mengulang hari

memang tak sesedih dan sepilu yang kau bayangkan

Separuh hatiku ingin sendiri, dan separuh lagi ingin berbagi

Anak-anak kecil itu menunggu dan bertanya, “ Katanya Ulangtahun, mana kuenya?”

(ah.. ku akan tanyakan diriku, apa yang kudapat)

Ooh..datanglah kado baju dan kue taart dari mbak Erna, alhamdulillah… ”

Itu saja barangnya? Ya. Itu saja. Tidak dari yang lain.

Selebihnya ucapan, salam, ciuman, gigitan, pelukan, tangisan, tawa, keanehan…, dan hening

Jika demikian, ku tak mau hanya menunggu hari-hariku kini

diam bersama kebodohan dan keserakahan yang tengah mengintaiku itu

Maka untuk menyenangkan hariku, kupilih kredo:

Aku adalah yang kuperbuat…!!! ”

Wareng, 5 Januari 2009

THE OTHER SIDE OF ME

(ingin munculkan)

THE OTHER SIDE OF ME


Ada satu kedirian kita yang takkan dapat dipahami, kecuali dinikmati

Takkan dapat ditemukan, kecuali merasakan

Takkan dapat dipercaya, kecuali membuktikan

Tak perlu sembilu itu kecuali untuk berbagi

Tak perlu tangis itu, kecuali untuk dimengerti

Begitu saja, bawa bahagia

Tiada habis untuk kekasih, karena semua mengalir ikuti masa

Yang mengajak kita menjadi Sang Masa

Dan kita pun bergandengan berpegangan meniti jalan ini

Terimakasih cinta.

Wareng, 4 Januari 2009